Tugas Mini Proyek akhirnya selesai juga.
Bagi kawan-kawan yang ingin melihat tugas kami secara praktis silahkan klik link di bawah ini :
· Laporan Tugas mini proyek :
· Poster Tugas Mini Proyek
Dokumentasi : Foto-foto Wawancara <---------- Klik sini
“Beda Guru Beda Prestasi”
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jika kita tanya pada anak kecil tentang cita-citanya, pasti akan kita dapati jawaban mereka mengarah ke seputar profesi dokter, pengacara, polisi, pilot, suster, dll, intinya semua jawaban mereka berkisar kepada profesi orang-orang yang terkenal dan dianggap memiliki penghasilan yang sangat besar.
Namun bagaimana dengan profesi sebagai seorang guru? Hanya segelintir kecil anak-anak yang akan menjawab mereka ingin menjadi guru saat besar. Mengapa demikian? Mungkin itu karena paradigma dimana profesi sebagai seorang guru memiliki penghasilan yang sedikit dan juga kepopuleran menjadi seorang guru belum sepopuler beberapa profesi yang disebutkan tadi.
Kemudian, bagaimana dengan orang-orang yang sekarang telah memiliki predikat sebagai seorang guru? Apakah dulu pada awalnya mereka juga berpendapat sama dengan anak-anak itu? Bisa iya namun bisa juga tidak. Saat beberapa daripada mereka telah memutuskan hal tersebut, mereka tetap konsisten dalam menjalani perannya sebagai seorang guru.
Saat kita lihat dalam penerapan realita pengajaran yang dilakukan para guru tersebut, akan kita temukan berbagai macam hal berbeda dalam penerapannya. Sebut saja dalam hal dasar pemikiran dalam pengajaran. Para guru memiliki motivasi-motivasi tertentu saat mereka memutuskan untuk terjun menjadi seorang guru. Dan sekarang, saat telah menjadi seorang guru, mereka juga memiliki metode-metode pengajaran mereka sendiri yang mereka terapkan dalam menghadapi berbagai karakter muridnya. Tak akan kita dapati dua orang guru yang memiliki persamaan mutlak dalam hal-hal tersebut.
Guru bagi seorang atau bahkan banyak murid merupakan suatu sosok yang sangat membantu mereka dalam belajar. Sehingga muncul suatu anggapan bahwa seluruh pelajaran bersumber dari sang guru saja, sehingga mereka tidak bisa mengerti apa-apa kalau tidak dituntun ataupun kalau tidak dicekoki pelajaran tersebut oleh sang guru.
Maka dari seluruh uraian tersebut peneliti tertarik untuk membahas fenomena yang terjadi pada kalangan guru ini, karena peneliti menemukan beberapa fenomena tentang berbagai alasan, dasar pemikiran, dan dinamika pengajaran yang diterapkan antara Guru Tua (berpengalaman) dengan Guru Muda (baru merintis).
Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu membandingkan pengaruh metode yang diterapkan oleh Guru Tua (berpengalaman) dengan Guru Muda (baru merintis) dalam meningkatkan prestasi siswa.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini, yaitu
Mengetahui perbedaan metode pengajaran yang diterapkan antara guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis)
Mengetahui pengaruh teknologi terhadap perubahan metode pengajaran
Mengetahui peran nyata dan sampingan seorang guru dalam proses belajar mengajar
Mengetahui pengaruh penerapan gaya pengajaran lama dengan gaya pengajaran baru oleh para guru terhadap peningkatan prestasi siswa.
Mengetahui pentingnya pembelajaran Leraner-Centered maupun Teacher-Centered
Mengetahui peran motivasi sebelum memulai pelajaran
LANDASAN TEORI
Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, seperti
1. Teori Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Di dalam teori ini, terdapat dua pembagian motivasi, yaitu Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Dimana motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, sedangkan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang itu.
Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan motivasi apa yang mendorong sekaligus membedakan antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis).
2. Teori tentang Metode Mengajar
Ada beberapa metode mangajar yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu
Metode Ceramah
Metode Diskusi
Metode Tanya-Jawab
Metode Demonstrasi
Metode Resitasi, dll
Teori tentang metode pengajaran ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan penggunaan metode antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis), dan dimana letak kenyamanan penggunaan metode antar guru tersebut.
3. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu
1. Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
2. Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran.
4. Teori seputar Teknologi dan Pendidikan
Menurut Howell & Dunnivant, 2000; Tomei, 2002, Hanya ketika sekolah punya guru yang terlatih secara teknologislah, maka revolusi teknologi akan benar-benar mengubah sekolah-sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat kita tangkap arti dimana pembelajaran akan semakin maju saat didukung dengan teknologi, apalagi di zaman seperti sekarang ini. Guru-guru harus bisa akrab dengan teknologi yang selalu berkembang, agar dapat mengimbangi pemikiran generasi muda sekarang yang sudah sangat akrab dengan teknologi, sehingga sistem belajar mengajar dapat lebih efektif dilakukan.
5. Teori tentang Cara Mengajar yang Efektif
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997)
Ada beberapa hal yang dapat menggambarkan gambaran tentang cara mengajar yang baik, yaitu
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Aspek ini lebih kepada penguasaan materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik.
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Strategi pengajaran
c. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
d. Keahlian manajemen kelas
e. Keahlian memotivasi
f. Keahlian komunikasi
g. Bekerja secara efektif pada murid yang multicultural
h. Keahlian teknologi
2. Komitmen dan Motivasi
Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid
6. Mengajar : Antara Seni dan Ilmu Pengetahuan
Dalam mengajar, bisa disebut sebagai seni. Seni disini bisa merujuk pada gaya mengajar, improvisasi pengajaran, serta spontanitas0spontanitas yang terjadi yang bisa menjadi suatu percikan-percikan seni pengajaran.
Alat dan Bahan yang digunakan untuk merealisasikan proyek
Alat yang peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan para Objek, yaitu
1. Kamera, yang digunakan untuk pengambilan foto
2. Hand Phone, yang digunakan untuk merekam sesi wawancara
3. Notes dan Alat tulis, yang digunakan sebagai pencatat hasil wawancara
Alat yang peneliti gunakan saat menyelesaikan proyek, yaitu
1. Laptop
2. Buku
3. Alat tulis
Analisis Data
Data yang didapat oleh peneliti merupakan data yang didapat melalui wawancara singkat dengan para objek, menghasilkan bahan mentah pembicaraan, yang setelahnya diringkas kedalam bahasa yang dapat menjelaskan seluruh cakupan pertanyaan yang ada.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan peneliti, berhubungan dengan dinamika pengajaran yang dilakukan guru yang dilihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa dan prestasi siswa secara umum. Selanjutnya pertanyaan itu dihubungkan dengan teori-teori yang telah dijabarkan di atas, sehingga ada alasan bagi peneliti untuk menanyakannya berkaitan dengan dinamika yang ada.
Penjelasan Objek yang dilibatkan dalam proyek
Objek yang dilibatkan dalam proyek adalah guru-guru dari SMAN 1 Medan. Data diperoleh dengan cara mewawancarai lima (5) orang guru yang dirasa telah mencakup dari guru-guru yang ada. Dimana guru-guru itu terdiri dari guru-guru tua dan guru-guru muda yang berpengalaman dibidang masing-masing namun memiliki jam mengajar yang jauh berbeda antar generasi guru yang dikelompokkan.
Pengelompokan yang dilakukan peneliti yaitu
1. Guru Tua, dimana guru tersebut memiliki umur diatas 50 tahun dan sudah lama mengajar di sekolah tersebut, sehingga pengalamannya mengajar pun sudah banyak.
2. Guru Muda, dimana guru tersebut memiliki umur sekitar 20 tahunan dan baru sebentar mengajar menjadi guru di sekolah tersebut, sehingga masih merintis pengalaman.
Objek-objek tersebut menjawab pertanyaan apa adanya berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing pribadi.
Jadwal Pelaksanaan
No | Hari | Kegiatan | Tempat |
1. 2. 3. 4. 5. 6. | Selasa, 26 April 2011 Jumat, 6 Mei 2011 Senin, 9 Mei 2011 Selasa, 10 Mei 2011 Jumat, 13 Mei 2011 Sabtu, 14 Mei 2011 | Konfirmasi tentang penelitian Pemberian surat izin Diskusi tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan Pelaksanaan wawancara dengan guru-guru Diskusi penyelesaian mini proyek Penyelesaian akhir mini proyek | SMA Negeri 1 Medan SMA Negeri 1 Medan Fakultas Psikologi USU SMA Negeri 1 Medan Fakultas Psikologi USU Fakultas Psikologi USU |
Kalkulasi Biaya
Transportasi Hari 1 Rp 16.000
Transportasi Hari 2 Rp 16.000
Transportasi Hari 4 Rp 16.000
Total Biaya Rp 48.000
PELAKSANAAN
Berikut merupakan uraian pelaksaan yang peneliti lakukan dari awal mula penelitian ini dilakukan hingga tahap penyelesaiannya,
1. Pada hari pertama, peneliti meninjau tempat penelitian (SMA Negeri 1, Medan) sekaligus melakukan konfirmasi tentang penelitian yang akan dilakukan, serta menjelaskan segala hal yang perlu dijelaskan, seperti tujuan penelitian, fungsinya, dan lain sebagainya.
2. Pada hari kedua, peneliti kembali menuju lokasi dengan tujuan pemberian surat izin, dimana surat izin tersebut dimaksudkan untuk menyatakan bahwa peneliti melakukan wawancara benar-benar merupakan tugas mata kuliah yang ada dan bukan rekayasa peneliti, sekaligus untuk menetapkan siapa-siapa saja guru yang akan diwawancarai sehingga sebelumnya dapat diizinkan oleh guru yang bersangkutan untuk diwawancarai.
3. Pada hari ketiga, peneliti melakukan diskusi untuk menentukan pertanyaan yang benar-benar fix untuk ditanyakan pada sesi wawancara nanti, sehingga tidak akan ada pertanyaan yang tidak penting yang ditanyakan.
4. Pada hari keempat, peneliti kembali menuju lokasi untuk melakukan sesi wawancara dengan guru-guru yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Pada hari kelima, peneliti melakukan diskusi untuk penyelesaian mini proyek ini. Dalam diskusi ini peneliti menyimpulkan hasil data yang telah di dapat dan merangkumnya, serta menyelesaikan tugas tertulis.
6. Pada hari keenam, peneliti kembali melakukan diskusi untuk penyelesaian tahap akhir dari mini proyek ini, serta penyelesaian poster sebagai tugas.
PELAPORAN DAN EVALUASI
Laporan
Berikut akan dirangkum hasil wawancara yang dilakukan peneliti,
A. Guru Muda
1. Nama : Anggi Dewi Prabawa, S.Pd
Umur : 24 tahun
Ibu Anggi merupakan guru muda atau guru yang baru merintis sebagai guru. Beliau masih seorang CPNS dan ditempatkan mengajar di SMAN 1. Beliau mengajar di sekolah itu baru satu tahun. Motivasi beliau menjadi guru, karena kebetulan, beliau lulus di pendidikan guru pada saat beliau mengikuti tes masuk PTN, selanjutnya beliau berusaha tetap menjalani profesinya. Di dlam kelas beliau menggunakan beberapa metode mengajar, yaitu diskusi, tugas, dan cramah. Jika hanya dihadapkan pada metode Learner dan Teacher, beliau lebih memilih Learner-Centered. Namun, karena dirasa tidak dapat diterapkan pada kenyataan, beliau menjadi memilih Teacher-Centered. Beliau tidak membedakan cara mengajar siswa yang satu dengan yang lain, karena dirasa akan makan waktu yg banyak. Beliau hanya memanfaatkan laptop sebagai media penunjang pembelajaran. Sebelum mengajar beliau memberi motivasi pada siswa, mengingatkan agar siswa tersebut tidak malas. Beliau terkadang berperan sebagai teman, karena jika tidak begitu, muridnya cenderung tidak menganggap dirinya. Beliau berpendapat kalau mengajar merupakan sebuah seni. Banyak siswa yang malas-malasan saat beliau masuk.
2. Nama : Febrianto Nst
Umur : 30 th
Pak Febri merupakan guru muda yang baru setahun mengajar di SMA 1 Medan. Beliau menjadi guru karena dorongan keadaan keluarganya yang memiliki yayasan pendidikan, agar bisa terus melanjutkan yayasan, lebih baik beliau menjadi guru. Beliau mengajar menerapkan beberapa metode, seperti sistem kelompok dan praktek. Saat dihadapkan pada metode Learner atau Teacher, beliau lebih memilih keduanya diterapkan pada siswanya, walaupun sebenarnya beliau tak begitu memahami konsep ini. Beliau tidak membedakan pengajaran pada anak yang sistem belajarnya berbeda, beliau menyamakannya. Beliau memberikan motivasi sebelum mengajar. Terkadang beliau menjadikan dirinya teman kepada muridnya, terutama saat ada yang memiliki masalah tentang teknologi. Beliau setuju kalau mengajar itu adalah sebuah seni, karena tiap guru beda cara mengajarnya. Mengajar tidak harus hanya terfokus pada materi. Hambatan mengajar lebih kepada saat sarana belajar tidak mendukung.
B. Guru Senior
1. Nama : Remedi Sagala
Umur : 53 tahun
Beliau telah menjadi guru di sekolah itu selama dua puluh sembilan tahun. Motivasi beliau menjadi guru, karena beliau berfikir bagaimana generasi muda selanjutnya jika tanpa pendidikan, karena pendidikan sangat penting dalam membentuk generasi muda selanjutnya. Beliau menerapkan beberapa metode pengajaran, seperti diskusi, eksperimen, dan demonstrasi. Saat dihadapkan pada Learner atau Teacher, beliau beranggapan kalau Learner lebih bagus, agar siswa lebih aktif dalam menemukan dan mencari bahan pelajaran. Beliau cenderung menyamaratakan pengajaran terhadap siswa. Menerapkan teknologi seperti penggunaan internet saat pembelajaran. Beliau terkadang meninggalkan peran sebagai seorang guru bagi murid-muridnya, tapi bukan sebagai teman, lebih sebagai ibu. Walaupun demikian, tetap memperhatikan norma-norma dan batasan-batasannya. Mengajar merupakan sebuah seni. Hambatan saat mengajar lebih kepada perkembangan teknologi, sebab kalau gurunya tidak tanggap teknologi, akan menjadi suatu hambatan besar dalam mengajar.
2. Nama: Rugun Sihombing
Umur : 59 tahun
Beliau telah mengajar selama dua puluh tiga tahun. Motivasi beliau menjadi guru yaitu untuk mencerdaskan anak bangsa. Metode yang biasa beliau gunakan yaitu tanya jawab dan ceramah. Saat dihadapkan pada metode Learner atao Teacher, beliau lebih setuju menerapkan metode Teacher-Centered. Beliau membedakan cara mengajar pada muridnya yang memiliki cara belajar yang berbeda-beda, tapi tak selamanya. Beliau selalu memberi semangat atau semacam motivasi pada murid sebelum memulai belajar. Beliau beranggapan bahwa mengajar merupakan suatu seni tersendiri. Memberi pelajaran tidak harus selalu monoton. Hambatan yang dihadapi yaitu generasi muda sekarang sangat jarang ada yang tepat waktu, rata-rata murid banyak yang terlambat.
3. Nama : Hj. Jamilah
Umur : 53 tahun
Beliau telah mengajar di sekolah tersebut sejak tahun 1996. Motivasi beliau dalam mengajar karena beliau beranggapan kalau mengajar itu adalah ibadah. Beliau memiliki hobi untuk mendidik anak-anak. Dalam kelas beliau menggunakn metode seperti eksperimen dan demonstrasi. Jika dihadapkan pada Learner atau Teacher, beliau lebih memilih untuk menerapkan kedua metode tersebut. Beliau menyamakan cara pengajaran terhadap siswanya. Beliau menerapkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, seperti alat-alat prakteknya. Beliau beranggapan kalau mengajar itu bukan merupakan suatu seni. Hambatan yang dirasa, yaitu banyak murid sekarang yang sulit untuk membaca buku, apalagi membaca materi sebelum pelajaran dimulai.
Berdasarkan rangkuman hasil wawancara yang telah dijabarkan seperti di atas, maka dapat kita simpulkan,
1. Metode pengajaran lama yang digunakan oleh guru-guru tua yang berpengalaman dirasa lebih memiliki dampak pada prestasi siswa dibandingkan dengan metode pengajaran baru yang digunakan oleh guru-guru muda yang bisa disebut masih baru dalam bidang pengajaran. Dimana metode lama yang digunakan oleh guru-guru tua, merupakan metode yang dirasa senang sama senang. Jika pada saat itu siswa lebih senang menggunakan suatu metode, maka guru akan dengan spontan menggunakan metode tersebut. Beda dengan metode guru-guru muda. Metode baru yang dimaksud yaitu metode yang dianggap kaku, karena mereka menerapkan metode berdasarkan susunan acara. Mereka menetapkan sistem pengajaran sesuai urutan kejadian dengan kaku, tanpa ada selingan-selingan. Jadi terkesan seperti kaku dan memaksa.
2. Disiplin yang diterapkan guru-guru tua memang memberi kesan kejam kepada siswa, namun dengan cara penyampaian yang pas, tidak menjadikan siswa takut berlebih, namun menjadikan siswa takut dalam arti hormat kepada guru tersebut. Lain halnya dengan guru muda yang menerapkan satu karakter. Ada yang menerapkan karakter kejam, karena mereka baru menjadi guru, jadi beranggapan kalau kejam dapat membuat murid menuruti mereka, namun pada kenyataannya, murid malah menjadi stress saat mengikuti pelajaran, jenuh, dan lain sebagainya sehingga banyak yang keluar kelas atau tidak masuk saat pelajaran itu tiba. Ada satu tipe guru muda lagi yang menerapkan satu karakter lembut. Beliau beranggapan kalau menjadi guru muda yang baru harus memberi kesan lembut, sehingga murid dapat menjadi terbuka kepada guru. Namun pada kenyataanya, dengan karakter lembut seperti itu murid malah remeh kepada sang guru. Seakan akan kalaupun melakukan hal buruk, guru akan tetap lembut tanpa marah. Cara seperti ini juga ternyata membuat siswa malas masuk kelas, karena tidak masuk pun mereka tidak akan dimarahi oleh guru yang lembut tadi.
3. Pemberian motivasi di awal pelajaran terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa, karena itu dapat membuat siswa menjadi terdorong untuk belajar, sehingga mereka akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
4. Metode Teacher-Centered dan Learner-Centered, keduanya dirasa memberi peran tersendiri dalam sistem pengajaran. Seorang guru di tingkat sekolah menengah masih harus mencekoki muridnya dengan pelajaran, namun disamping itu si murid juga harus melakukan pembelajaran sendiri untuk melengkapi hal yang telah diberikan oleh sang guru disekolah, sehingga dapat lebih maksimal ilmunya.
5. Praktek penerapan pembedaan mengajar pada murid yang memiliki cara belajar yang berbeda seperti audio, visual, ataupun kinestetik, belum diterapkan secara penuh dalam sekolah itu. Karena mengingat sekolah itu merupakan sekolah negeri yang kapasitas muridnya bisa dibilang melampaui batas, sehingga untuk pembedaan cara mengajar akan membutuhkan waktu yang lama, sedangkan materi yang harus dikejar banyak. Itulah yang membuat mengapa sebagian besar guru menyamaratakan cara pengajarannya, dan siswa pun harus terbiasa dengan caran pengajaran umum yang dilakukan.
6. Penerapan teknologi dalam pembelajaran sangat mendukung. Karena cara praktek akan lebih diingat oleh murid, apalagi dalam pelajaran eksak. Guru dapat memberikan contoh langsung kepada murid akan suatu hal yang terjadi, sehingga murid dapat langsung mengetahuai sebab-akibat terjadinya sesuatu hal tersebut.
7. Kalau dari segi hambatan, yang dirasakan guru-guru tersebut berbeda-beda. Namun ada pernyataan dari guru tua, bahwa hambatan yang mereka lontarkan sebagai jawaban atas pertanyaan kami, merupakan hambatan yang dirasakan dari dahulu hingga sekarang. Guru yang sudah lama mengajar, merasa tetap terhambat dengan hal yang itu-itu saja.
Itulah beberapa kesimpulan yang kami dapatkan dari wawancara kepada guru-guru. Dimana sebagian mereka sepakat dalam beberapa hal, namun ada juga titik pembeda dimana dapat langsung berperan pada perilaku dan prestasi siswa, seperti yang telah peneliti rangkum ke dalam bentuk poster.
Evaluasi
Proses perencanaan sampai dengan pelaporan dan evaluasi yang peneliti lewati hanya mendapat sedikit hambatan. Hambatan yang peneliti rasakan adalah saat awal pemilihan topik. Disini peneliti menghabiskan lumayan banyak waktu karena menyatukan ide dari tiga pemikiran yang berbeda-beda.
Awalnya peneliti sudah menetapkan topik proyek pada topik kedua dan sudah berjalan sampai tahap wawancara. Tetapi, setelah peneliti kembali berdiskusi kembali, terjadi perubahan perencanaan dan berganti topik. Sehingga proses diulang kembali dari awal.
Setelah perubahan rencana ini, proses dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan hingga laporan serta evaluasi, peneliti tidak memiliki hambatan. Proses yang dilakukan sesuai dengan perencanaan dan pemikiran dari masing-masing peneliti. Sehingga tugas proyek ini dapat peneliti selesaikan dengan tepat waktu.
Testimoni
Atas nama kelompok, kami seluruhnya terkesan dengan adanya tugas mini proyek ini. Merupakan suatu hal baru yang kami alami. Semoga kedepannya bila ada tugas proyek lagi, kami lebih bisa maksimal mengerjakannya karena kami telah mendapat “pelatihan” dasar mengenai hal ini dengan adanya mini proyek.
Selain itu, atas nama pribadi, banyak yang kami rasakan saat melaksanakan tugas ini, berikut penjabarannya,
1. Reza Yoga Pratama
Sebetulnya saat menjalankan proses ini tidak ada kendala yang berarti. Yang saya rasa sangat sulit, yaitu saat pemilihan topik. Karena kelompok kami sempat beberapa kali mengganti topik yang akan digunakan dalam mini proyek ini. Sehingga banyak waktu termakan saat pemilihan topik, sehingga mulainya penelitian ini pun tersendat. Namun selain itu, semuanya saya rasa berjalan dengan baik.
2. Amelia Soesanto
Kalau untuk saya, keseluruhan saya rasa berjalan dengan baik. Memang seperti yang dikatakan Reza, kami tersendat di pemilihan topik. Beberapa kali sudah berganti-ganti pemikiran dalam pemilihan topik. Namun setelah sudah fix dengan topik yang ada, pelaksanaannya pun berjalan dengan baik. Namun, mungkin karena kami baru pertama kali mendapat tugas proyek seperti ini, jadi terkesan semuanya sulit, padahal saat telah dijalani, semuanya berjalan seperti biasa. Dengan adanya tugas proyek seperti ini, kami mendapatkan hal baru yang seru dan menantang. Sangat menyenangkan.
3. Cinthya Merdekawaty
Sejak diberikannya tugas mini proyek ini, saya bertanya-tanya dalam hati bagaimana sebenarnya bentuk tugas proyek ini, karena sebelumnya saya belum pernah melakukan proyek seperti ini. Tapi saya merasa tertantang dan ingin mengerjakannya semaksimal mungkin. Selama proses pengerjaan, yang saya rasakan pastinya bermacam-macam, dari bingung, capek, dll. Tapi saya juga merasa menikmati menjalani tugas ini karena teman sekelompok saya yang kooperatif. Melalui tugas proyek ini, saya juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru yang sangat berharga.
Contoh Poster
Untuk melihat poster asli silahkan download pada link di atas |
Dokumentasi
Beberapa hasil dokumentasi :Daftar Pustaka
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Amelia Soesanto (10-045)
Cinthya Merdekawaty (10-111)
Nama Anggota Kelompok :
Reza Yoga Pratama (10-027)Amelia Soesanto (10-045)
Cinthya Merdekawaty (10-111)
konflik yang terbangun saat memilih topik,mustinya jadi pengalaman berharga ya Reza :)
BalasHapusHahahaha...
BalasHapusIya bu...
Kesulitan terbesar kami di situ...
Pasti jadi pengalaman berharga bu..
Makasih ya bu dah di Commnent..
:)