Review Micro Teaching
Group Member
1. Salah satu anggota kelompok kami, Muhammad Fadly, tidak hadir present dasi dan tidak turut aktif dalam pelaksanaan micro teaching karena dia memang sibuk dengan kegiatan organisasi di luar walaupun kami sudah mengkonfirm tugas kepadanya. Untuk masalah memposting tugas pelaksanaan micro teaching, memang kelompok tidak memberi kabar atau mengingatkan untuk memposting karena menurut kelompok bu Dina telah memberitahukan hal tersebut di facebook MK Paedagogi 2012 sehingga menurut kelompok seharusnya Fadly sebagai mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk mengerjakan tugas.
2. Ketidaksinkronan antara action plan dengan laporan pelaksanaannya adalah:
Ada beberapa hal yang tidak sinkron antara Action Plan dengan proses Micro Teaching. Pertama adalah rencana kegiatan. Dalam Action Plan urutan rencana kegiatan, sesudah perkenalan diri adalah bernyayi bersama-sama, tapi dalam hasil akhir, bernyayi merupakan kegiatan yang dilakkan mendekati penghujung acara.
Kedua, tanggal yang ada di action Plan tidak kongruen dengan tanggal perencanaan. Misalnya tanggal Kegiatan Micro Teaching tidak sesuai dengan action plan. Selain itu kelompok memposting hasil laporan Micro Teaching dengan rentang waktu yang berbeda jauh dengan Action Plan. Jadi, ketidak sesuain antara waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan laporan yang dibuat.
3. Proses pelaksanaan kurang dijabarkan pada laporan kegiatan.
Berikut penjabaran kegiatan yang dilaksanakan selama micro teaching.
a) Perkenalan diri
Pada awalnya kelompok memperkenalkan nama masing-masing dan memperkenalkan diri bahwa kelompok berasal dari fakultas psikologi USU. Setelah memperkenalkan diri, lalu karena kelompok memandang dalam satu kelas terdiri dari 18 orang dengan satu fasilitator terlalu besar untuk proses micro teaching, kelompok langsung memecahkan anggota dimana satu fasilitator memfasilitasi 5 anak. Setelah kelompok memecahkan anggota, proses menggambar pun dimulai
b) Menggambar
Proses menggambar dimulai dengan kelompok membagikan pensil warna dan kertas HVS A4 pada tiap anak. Pada tahap menggambar, kelompok merencanakan anak dibiarkan secara kreatif untuk menggambar sesuai dengan kemauan dan imajinasi mereka. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, anak-anak tidak terbiasa untuk berkreatif secara bebas. Mereka terbiasa diarahkan oleh guru untuk melakukan sesuatu (teacher-centered). Mereka malah bingung ketika diberikan instruksi untuk menggambar secara bebas. Sehingga pada akhirnya kelompok memutuskan untuk mengarahkan anak menggambar ikan dengan memberikan contoh di papan tulis. Tugas fasilitator disini adalah memperjelas bagian-bagian yang ada pada ikan. Banyak anak-anak yang tidak mengerti apa komposisi dari gambar ikan (sisik, sirip, ekor, mata, dll). Setelah proses menggambar, gambar tersebut dikumpulkan dan memberikan pujian terhadap effort anak (didokumentasikan dalam bentuk foto). Setelah tahap ini, dilanjutkan ke tahap melipat origami.
c) Melipat origami
Kelompok membagikan kertas origami masing-masing anak sebanyak 2 lembar (satu untuk melipat, satu untuk cadangan kalau salah melipat). Sama seperti tahap menggambar, pada perencanaan melipat origami seharusnya anak melipat secara kreatif sesuai dengan keinginan mereka. Namun lagi-lagi anak harus diarahkan untuk melipat bentuk apa sehingga kelompok memutuskan untuk melipat origami berbentuk baju. Setelah proses ini selesai, hasil melipat origami tidak dikumpul oleh fasilitator agar menjadi kenag-kenangan bagi anak. Setelah tahap ini langsung masuk ke tahap kuis perbendaharaan kata bahasa inggris.
d) Kuis perbendaharaan bahasa inggris
Kelompok merefreshing anak-anak yang telah lelah mengikuti kegiatan dengan memberikan kuis perbedaharaan kata. Contohnya: Adik adikkkk.... siapa yang tau bahasa indonesianya orangeeeeee?? Ketika ada anak yang berhasil menjawab pertanyaan, kelompok memberikan reward berupa makanan ringan chocolatos. Tetapi karena hampir semua anak mampu menjawab, kelompok akhirnya membagi reward sama rata kepada setiap anak. Setelah pembagian reward dilanjutkan pada tahap bernyanyi.
e) Bernyanyi
Tahap bernyanyi merupakan proses closing dari micro teaching kelompok. Kelompok memberikan tantangan pada anak dengan bertanya “siapa yang berani bernyanyi di depaaaann?”. Ternyata ada seorang anak yang berani untuk memimpin nyanyian di depan kelas. Setelah bernyanyi sebanyak dua lagu kelompok pamit diri pada anak lalu melakukan sesi foto bersama.
4. Tujuan dan manfaat
Tujuan dan manfaat micro teaching yang dibuat kelompok sebenarnya adalah tujuan dan pedagogi. Jadi kelompok melakukan kesalahan dengan menyamakan tujuan Pedagogi dengan tujuan micro teaching. Sehingga, kesimpulan tersebut terlalu umum, dan menjadi kurang tepat dengan tujuan pada sekolah TK tersebut. Jadi pada akhirnya, tidak sesuai antara hasil yang di peroleh dalam proses micro teaching dengan tujuan penelitian yang sebelumnya direncanakan oleh kelompok. Tujuan dan Manfaat tersebut akan terkesan janggal bagi orang yang membaca dan melihat nya, karena terkesan tidak sesuai dengan keadaan di TK tersebut.
za, testimoni masing-masing anggota kelompok nya kok nggak ada ya. kelihatannya seru, jadi penasaran hehehehe :D
BalasHapusBanyak sekali kegiatan yang dilakukan di pelaksanaan micro teaching ini.. Menurut saya, ini mencerminkan bagaimana kelompok cukup mempersiapkan dengan baik dan komitmen dalam micro teaching. Hal ini telah memperlihatkan bagaimana kelompok telah menunjukkan ciri-ciri guru yang baik seperti komitmen pada pekerjaan, menunjukkan kemampuan beradaptasi (dapat dilihat ketika kelompok mengajari anak-anak menggambar), dan menikmati pekerjaan (Sudarwan Danim, 2010).
BalasHapusAkan tetapi, saya cukup tertarik pada pernyataan tentang "teacher centered." Saya ingin mengetahui apakah kelompok ketika mengajari anak-anak menggambar menggunakan 100% teacher centered seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru di TK tersebut atau kelompok juga berimprovisasi dan memotivasi anak-anak untuk berkreativitas sendiri (learner centered)?? JIka ada, bagaimana bentuk penerapannya??
THX.. Good job. :)
Psi Reza Indah : Kalau masalah testimoni sebenarnya sudah tercantum dalam postingan kawan2 sebelumnya. Jadi kalau penasaran bisa baca di post tersebut. Peace Indonesia Raya.
BalasHapusPsi Steven : Feedback yang benar2 membangun. Thx ya, Rise 4 Phoenix. hahaha...
kelompok tidak menggunakan 100% teacher Centered, melainkan yang mndominasi itu learner centered. Di sini kita memandang adeik di TK sebagai pekerja didik. Jadi dari kelompok berimprovisasi sendiri, membuat trik yang dapat mendorong anak menjadi aktif dalam proses, sedangkan kami kelompok hanya sebagai perangsang adik2 supaya aktif. Jadi pada dasarnya, anak2 akan menjadi aktif dan mencari informasi serta menjadi semakin kreatif. Tapi karena anak seblumnya sudah di terakan Teacher-Centered, maka sangat susah menerapkan learner centered dalam TK tersebut Butuh proses yang perlahan-lahan.
Za...kok gak dicantumkan lagy ya ini kelompok berapa nya???
BalasHapustrus..setelah tahu kendala yg dialami salah satu anggota kelompok,,apakah kelompok hanya diam tanpa melakukan apapun,,bukankah dalam kelompok kerjasama sangat diperlukan...
bsa penjelasannya reza???
walaupun banyak kendala tetapi kelompok tetap berusaha mencapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. teman-teman sekalian sangat ingin mengembangkan kreativitas walaupun awalnya anak-anak pada bingung , "apa yang mau digambar ya?" hehehe. . ..
BalasHapusdyta sudah lihat dokumentasinya, mereka pada lama mlksanakan malah enak bercerita dengan temannya. namun setelah mereka tahu karena gambar sudah di tentuin baru de bereaksi hehhe. . yang baju putih dalam vidio itu guru ya? kenapa tidak kalian yang gambar di papan tulis yah kan sudah terdepan? terima kasih reza
Hmm.. tema kelompok yang cukup bagus "go to school".. kelompok berusaha mengembangkan potensi dalam diri murid untuk lebih aktif dan kreatif.. Nah, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana usaha kelompok untuk membuat peserta didik memiliki inisiatif dimana kelompok sudah menyadari bahwa kurikulum di TK ini lebih kepada teacher - centered?? Bagaimana improvisasi yang dilakukan kelompok?? itu tidak namapak dalam video.. dan juga apa yang menjadi sasaran kelompok dengan menggunakan tema "go to school" ini?? terima kasih..^^
BalasHapusLIA HAIRANI : terima kasih atas masukannya... sebenarnya kami sudah melakukan banyak hal... misalnya mengabari untuk memposting tugas. Dia memberi jawaban iya, tetapi lewat masa deadline belum juga di posting. Terus kami kabari lagi, tapi tidak ada respon yang pasti. Jadi kami sebenarnya bngung, karena saudara tersebut kehadirannya dalam kelas pedagogi juga gak terlalu jelas. Kadang datang kadang tidak.
BalasHapusDyta : itu memang guru, cma guru nya kadang mengambil alih. Tapi kami sudah berusaha untuk mengembangkan dengan cara sendiri, improvisasi sendiri. Makasi masukannya.
BalasHapusWeillun : Itu adalah masalah bagi kami ketika apa yg mau kami bawa berbeda dengan kurikulum sekolah. Untuk mngubah 100 persen adalah hal yang tidak mungkin. Jadi kami melakukan dengan improvisasi masing-masing, yaitu dengan perlahan-lahan untuk memancing anak-anak yg menjadi aktif sehingga anak tersebut yang mencari tahu apa yg mau di pelajari. Kalau masalah improvisasi, kelompok sudah melakukan semaksimal mungkin, misalnya tiap anggota mempunyai cara masing-masing untuk mengajak anak agar tertarik terhadap salah satu subjek ajaran. MAkasi atas komennya.